Senin, 20 Februari 2012

PENYARING RAKSASA


 
Atmosfer membolehkan masuk secukupnya saja sinar-sinar untuk mencapai bumi, dan memantulkan sinar-sinar berbahaya lainnya ke ruang angkasa. UVA: sinar-sinar berpanjang gelombang pendek UVA (Hampir keseluruhannya menembus atmosfer); UVB: sinar-sinar berpanjang gelombang sedang UVB (Atmosfer menyerap 70% sinar-sinar ini); UVC: sinar-sinar berpanjang gelombang pendek UVC (Atmosfer menghalangi masuknya seluruh sinar ini)
Pernahkah Anda membayangkan, apa jadinya hidup di dunia yang gelap dan kabur? Sebuah tempat tanpa warna, semuanya hanya hitam dan abu-abu. Kehidupan semacam itu tentunya sangat menyiksa manusia. Namun, dunia ternyata sungguh sangat berwarna. Seluruh bagian dunia diciptakan dengan selaras dan dihiasi dengan bunga-bunga indah. Hutan yang hijau, danau biru, pegunungan menjulang dan lautan tak bertepi. Namun, tahukah Anda, bagaimana warna, salah satu keajaiban terbesar penciptaan, dapat terbentuk?
Agar warna terbentuk, syarat pertamanya adalah keberadaan sinar atau cahaya. Tanpa sumber penerangan ini Anda takkan mampu melihat aneka warna. Sebagai bukti, tanpa sumber penerangan lain, Anda yang sedang berada di dalam kamar takkan mampu melihat apa pun tatkala semua lampu listrik di kediaman Anda padam. Di tempat seperti ini, mampukah Anda melihat warna? Sudah tentu tidak. Yang Anda rasakan hanyalah hitamnya kegelapan.
Pita teramat tipis
Satu-satunya pancaran sinar yang mencapai bumi datang dari matahari. Dalam Al Qur’an, Allah mengajak kita memperhatikan matahari dan sinarnya dalam ayat: Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, (QS. Asy Syams, 91:1). Ini adalah isyarat bahwa ada sesuatu yang luar biasa dari sinar yang dipancarkan matahari. Ada apa dengan sinar matahari? Mari kita simak bersama.
Meskipun tampak sebagai lapisan udara yang biasa saja, atmosfer ternyata merupakan penyaring raksasa. Penyaring ini tersusun atas lapisan-lapisan dengan fungsi pentingnya masing-masing. Kerapatan atom-atom atau molekul-molekul yang ada di atmosfer dan di ruang angkasa berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu, ketika memasuki atmosfer, cahaya terbiaskan dan terhamburkan karena menumbuk atom-atom penyusun atmosfer. Akibat tumbukan ini, cahaya mengalami penurunan kekuatan (intensitas) dan ketajamannya. Tapi justru cahaya yang terhamburkan inilah yang memungkinkan mata makhluk hidup mampu mengindra dunia berwarna. Di angkasa luar yang tidak beratmosfer, cahaya memiliki kekuatan yang mampu merusak mata. Selain itu, penghamburan ini mengakibatkan sinar inframerah-tepi tersebar meliputi atmosfer dan menjadikan bumi hangat.
Ketika mengamati sinar matahari, kita pahami bahwa sinar ini, sebagaimana segala sesuatu di alam semesta, diciptakan secara sangat seimbang agar kehidupan manusia dapat berlangsung. Bintang-bintang dan sumber penerangan lainnya di alam semesta menghasilkan beragam pancaran atau radiasi sinar yang dapat dikelompokkan berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya. Cakupan penuh gelombang radiasi di jagat raya, yang dikenal sebagai spektrum elektromagnetik, meliputi suatu rentangan dengan gelombang terpanjang 1025 kali lebih besar daripada gelombang terpendek. Energi elektromagnetik pancaran matahari kita, terbatasi dalam sepenggal bagian amat tipis dari spektrum ini. Sebagian besar pancaran sinar matahari, sekitar 70%, mempunyai panjang gelombang antara 0,3 hingga 1,50 mikrometer (1 mikrometer = 1/1.000.000 meter).

Untuk memahami betapa besarnya angka kisaran dari spektrum elektromagnetik, Anda harus menderet sebanyak 25 angka nol di belakang angka satu. Angka ini sungguh di luar bayangan manusia, namun sebanyak itulah ragam jenis sinar di alam semesta ini. Di antara begitu banyaknya jenis sinar, hanya ada satu pita teramat tipis berisi panjang gelombang yang memungkinkan manusia dapat hidup dan melihat warna. Dan panjang gelombang sinar yang dipancarkan matahari berada dalam kisaran sempit ini dan bukan kisaran yang lain.
Kenyataan ini membuktikan bahwa Allah telah menciptakan dunia, manusia, warna dan matahari dalam keserasian tertentu. Dalam ayat Al Qur’an, Allah berfirman: Dia... menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhan-mu,... (QS. Faathir, 35: 13)
Sang penyaring raksasa
Sinar-sinar pada daerah tepat di kedua sisi cahaya tampak, sampai ke bumi sebagai sinar inframerah dan ultraviolet. Sinar inframerah menghasilkan pancaran yang menjadikan dunia dapat dihuni makhluk hidup. Di lain pihak, sejumlah sinar ultraviolet dapat menembus atmosfer dalam jumlah yang tepat untuk menyediakan energi yang diperlukan makhluk hidup. Sebagian dari pancaran sinar matahari bersifat membahayakan makhluk hidup. Untuk menangkal bahaya ini, bumi kita dilingkupi oleh penyaring raksasa. Penyaring ini adalah atmosfer.
Susunan cahaya sungguh mengejutkan para ilmuwan. Meski banyak sekali sinar-sinar dari ruang angkasa menerpa bumi, sinar dari matahari hanya tersusun atas kisaran yang amat sempit, sebagaimana tampak pada gambar. Dan inilah kisaran yang memang pas diperlukan untuk kehidupan.
Peran atmosfer tidak dapat diabaikan bagi kelangsungan makhluk hidup; atmosfer membiarkan sinar inframerah dan sinar tampak menembusnya, dan mencegah masuknya sinar-sinar mematikan lainnya. Michael Denton, seorang pakar biologi molekuler, menggambarkan hal ini sebagai berikut:
Bahkan gas-gas atmosfer sendiri menyerap dengan kuat radiasi elektromagnetik dari spektrum yang berada tepat di kedua sisi sinar tampak dan inframerah tepi. Ingat bahwa satu-satunya daerah dari spektrum yang dibiarkan menembus atmosfer di antara seluruh rentang radiasi elektromagnetik dari gelombang radio hingga sinar gama adalah pita yang teramat tipis ini, yang meliputi sinar tampak dan inframerah. Hampir-hampir tidak ada radiasi sinar gama, X, ultraviolet, inframerah jauh, dan gelombang mikro yang mencapai permukaan bumi. (Michael Denton, Nature’s Destiny, The Free Press, 1998, hal. 55)
Kesimpulan
Demikianlah, diperlukan sinar matahari sebagai prasyarat pertama agar kita mampu melihat warna. Meskipun demikian, tidak sembarang dan tidak semua sinar matahari menjadikan kita mampu melihat warna. Hanya sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu saja yang mampu menghasilkan warna, dan ini termasuk yang dibiarkan memasuki bumi oleh penyaring raksasa bumi: atmosfer.
Panjang gelombang sinar-sinar dari angkasa luar dapat terdiri dari beragam jenis, dari gelombang radio, yang berpanjang gelombang terbesar, hingga sinar gama, dengan panjang gelombang teramat kecil.
Matahari, sinar yang dihasilkannya, dan atmosfer adalah benda tak hidup yang tidak memiliki akal maupun kecerdasan. Ketiganya tak memiliki kehendak untuk bermusyawarah dan memutuskan untuk saling bekerja sama dengan perannya masing-masing dalam rangka menjadikan dunia agar dihiasi aneka warna. Lalu, siapakah yang menetapkan dan menciptakan mereka sedemikian rupa agar warna yang indah memukau di dunia ini terbentuk? Siapa lagi kalau bukan Pencipta ketiganya, yakni Allah yang Mahakuasa.

Sinar yang dipancarkan matahari mencapai bumi pada kecepatan 300.000 km per detik. Karena kecepatan sinar yang demikian inilah kita senantiasa dapat menyaksikan dunia yang penuh warna. Lalu, bagaimanakah aneka pemandangan berwarna yang terpampang di hadapan kita tanpa putus ini dapat terbentuk?
Sinar-sinar yang berasal dari matahari tersusun atas partikel-partikel yang dinamakan foton, yang bergerak sebagai gelombang. Ketika foton menumbuk elektron-elektron dari atom-atom penyusun benda di bumi, elektron-elektron ini melepaskan sinar-sinar bergelombang panjang tertentu, sesuai dengan warna yang dihasilkannya. Misalnya, ketika sinar mentari menerpa selembar daun, ini berarti foton-foton sinar tersebut menumbuk atom-atom molekul pigmen pada permukaan daun. Tumbukan mengakibatkan elektron-elektron dari atom-atom menjadi aktif, dan atom-atom tersebut pun bereaksi dengan mengeluarkan foton-foton. Jadi, foton-foton ini merupakan cahaya berwarna dari daun yang bergerak menuju ke mata kita.
Setelah menembus lapisan atmosfer dengan kecepatan luar biasa, sinar matahari mencapai bumi dan menumbuk benda-benda yang ada. Ketika menumbuk sebuah benda, sinar berkecepatan tinggi ini mengenai atom-atom penyusun benda tersebut, dan kemudian memantul berhamburan dalam bentuk kumpulan sinar dengan sejumlah panjang gelombang berbeda, sesuai dengan aneka warna yang dihasilkannya. Dengan cara inilah, majalah yang kini sedang Anda pegang, baris-baris tulisan serta gambar-gambarnya, pemandangan yang Anda saksikan di luar, pepohonan, gedung, kendaraan, langit, burung, kucing, singkatnya segala yang Anda saksikan dengan mata, memantulkan warna (sinar berwarna)-nya masing-masing.
Bagian benda yang menyebabkan warna-warna (sinar-sinar berwarna) ini terpantulkan adalah molekul-molekul pigmen dari benda tersebut. Dengan kata lain, warna yang dipantulkan sebuah benda tergantung dari jenis molekul pigmen yang ada pada benda tersebut. Setiap molekul pigmen memiliki struktur atom yang bebeda. Jumlah, jenis dan penyusunan atom-atom dalam molekul pigmen juga berbeda. Sinar yang menumbuk pigmen yang beragam ini dipantulkan dalam bentuk aneka warna dengan ketajaman yang berbeda pula. Sebagai contoh, warna sebuah apel hijau terkait dengan molekul pigmen yang menyusun apel. Di antara sinar-sinar yang menumbuk pigmen, hanya sinar hijaulah yang dipantulkan, karena sinar berwarna lain diserap oleh pigmen ini. Karena cahaya hijau terpantulkan, maka kita melihat apel berwarna hijau.
Kita dapat mengumpamakan molekul-molekul pigmen sebagai alat penyaring yang menyaring berdasarkan ukuran lubang pori-porinya. Sama halnya, pigmen menyaring panjang gelombang dari sinar-sinar yang mengenainya berdasarkan struktur sinar-sinar tersebut, dengan kata lain berdasarkan warnanya.
Ada banyak jenis pigmen di alam ini, di antaranya adalah klorofil (zat hijau daun), melanin, dan karotenoid. Karotenoid adalah zat pigmen yang dibuat oleh tumbuhan dan memantulkan warna kuning, merah dan oranye. Binatang dapat memperoleh pigmen-pigmen ini hanya dengan memakan tumbuhan. Satu contoh saja dari aneka pigmen ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa molekul pigmen telah dirancang khusus untuk kehidupan.
Melanin: lebih dari sekedar pewarna
Mata makhluk hidup sangatlah peka terhadap cahaya, dan mudah rusak karenanya. Tapi kita masih mampu melihat matahari dan sekeliling kita dengan aman berkat sejumlah perangkat pelindung yang secara khusus diciptakan oleh Allah. Salah satu perangkat ini adalah sekumpulan molekul pigmen yang ada di mata.
Sebagaimana diketahui, makhluk memiliki mata dengan warna beragam. Yang menjadikan mata berwarna adalah, sekali lagi, pigmen. Melanin adalah salah satu dari zat pigmen ini, yang terdapat pada mata, dan menjadikannya berwarna. Pigmen serupa juga menjadikan kulit dan rambut Anda berwarna. Tapi, melanin lebih dari sekedar memunculkan warna. Para peneliti yakin bahwa melanin, yang ada pada mata, memberikan perlindungan dari pengaruh sinar matahari yang merusak, sekaligus meningkatkan ketajaman penglihatan. Selain sebagai pelindung alami terhadap pancaran sinar atau cahaya yang membahayakan, zat melanin juga menyerap lebih kuat cahaya berenergi tinggi dari pada cahaya berenergi rendah. Jadi, melanin menyerap lebih kuat cahaya (warna) ultraungu (ultraviolet) daripada cahaya (warna) biru, dan menyerap warna biru lebih kuat daripada warna hijau. Dengan cara ini, melanin melindungi lensa mata dari cahaya ultraviolet.
Sinar matahari yang mencapai bumi di antaranya mengadung sinar-sinar berwarna. Ini terlihat ketika sinar tersebut terurai setelah melalui prisma. Sinar-sinar inilah yang memberi warna tertentu pada benda ketika sebagiannya diserap dan sebagiannya lagi dipantulkan benda ke mata kita.
Selain itu, melanin memberi perlindungan yang nyaris sempurna bagi retina dengan menyaring cahaya warna yang berbeda sesuai tingkat kemampuan masing-masing warna tersebut dalam merusak jaringan retina. Hal ini mengurangi bahaya terjadinya “degenerasi makula” atau kerusakan makula, yakni bagian tengah dari retina. Makula berperan dalam pemunculan penampakan bagian tengah yang jelas dari pemandangan yang kita lihat, dan berfungsi pula dalam kemampuan melihat bagian-bagian terperinci (terkecil) dari benda. Orang yang memiliki lebih banyak melanin pada mata berkemungkinan lebih kecil mengidap kerusakan makula daripada yang memiliki lebih sedikit. Peran melanin dalam melindungi mata sangatlah penting: para ahli mata melaporkan bahwa keberadaan melanin pada mata mengurangi bahaya kerusakan makula akibat penuaan.
Sebagaimana telah dipahami, masing-masing peran dan manfaat dari zat melanin memperlihatkan kita pada perancangan khusus dan istimewa dari zat ini. Sangat sulit diterima akal untuk berkata bahwa zat yang sempurna ini muncul menjadi ada karena peristiwa alamiah belaka, tanpa sengaja diciptakan. Allahlah yang telah menciptakan melanin, serta jenis pigmen lainnya, bahkan segala sesuatu di alam semesta, secara khusus untuk manfaat tertentu bagi kepentingan manusia. Mahasuci Allah Pencipta yang paling agung.
 
Agar dapat kita saksikan sebagai warna, cahaya yang dipantulkan benda haruslah mencapai mata. Tapi keberadaan mata saja belumlah cukup. Setelah mencapai mata, cahaya mesti diubah menjadi sinyal-sinyal syaraf agar dapat mencapai otak yang bekerja selaras dengan mata.
Sepak terjang sel kerucut
Sel-sel kerucut pada retina mata mengubah informasi tentang warna menjadi sinyal-sinyal syaraf melalui pigmen-pigmen yang dikandungnya. Kemudian, sel-sel syaraf yang terhubungkan ke sel-sel kerucut tersebut meneruskan sinyal-sinyal syaraf ke tempat tertentu di otak yang disebut pusat penglihatan. Di tempat inilah kita dapat merasakan keberadaan dunia beraneka-warna yang kita saksikan sepanjang hidup kita.
Marilah kita berpikir tentang mata dan otak kita sendiri. Mata manusia merupakan perangkat penglihatan yang sangat rumit yang terdiri dari banyak dan beragam bagian serta organ-organ kecil penyusunnya. Hanya dengan bekerjanya seluruh bagian ini secara bersamaan dan serasilah kita mampu melihat dan merasakan keberadaan warna. Mata, beserta jaringan dan bagian-bagian kecil penyusunnya seperti sel-sel kelenjar air mata, kornea, konjunktiva (selaput lendir yang melumasi mata), iris dan pupil, lensa, retina, koroid (selaput hitam mata), otot dan kelopak mata, merupakan seperangkat organ sempurna tanpa tara. Selain itu, dengan jaringan syaraf sempurna yang membentuk sambungan ke otak dan ke pusat penglihatan di dalam otak ini, mata secara keseluruhan memiliki rancang-bangun yang sangat istimewa. Keberadaan ini semua pastilah bukan melalui peristiwa alamiah belaka, melainkan penciptaan sengaja.
Setelah uraian singkat tentang mata, marilah kita amati bagaimana peristiwa melihat terjadi. Cahaya yang datang ke mata pertama-tama melewati kornea, lalu pupil dan lensa, dan akhirnya mencapai retina.
Pengenalan terhadap warna dimulai dari sel-sel kerucut pada retina. Terdapat tiga kelompok utama sel kerucut yang bereaksi kuat terhadap warna-warna cahaya, yaitu sel kerucut biru, hijau dan merah. Sel-sel kerucut bersifat peka, dan bereaksi terhadap warna merah, biru dan hijau; dan ketiganya adalah warna utama (warna primer) yang ada di alam. Rangsangan oleh ketiga warna ini dalam berbagai tingkatannya terhadap sel-sel kerucut inilah yang memunculkan penampakan jutaan aneka warna.
Bagian-bagian utama pembentuk lapisan retina mata.
Sel-sel kerucut pada retina lalu mengubah informasi tentang warna ini menjadi sinyal-sinyal syaraf melalui pigmen-pigmen yang dikandungnya. Kemudian, sel-sel syaraf yang terhubungkan ke sel-sel kerucut tersebut meneruskan sinyal-sinyal syaraf ke tempat tertentu di otak. Di tempat tertentu seluas beberapa sentimeter persegi inilah kita dapat merasakan keberadaan dunia beraneka-warna yang kita saksikan sepanjang hidup kita.
Pada gambar terlihat jalinan antara sel-sel saraf pada retina. Jalinan rumit antara lapisan-lapisan sel yang berbeda membantu sel-sel saraf bergerak bersama dan saling berhubungan. Gambar sebelah kanan adalah sel-sel kerucut yang diperbesar. Sel-sel kerucut membantu kita melihat dunia berwarna, sedangkan sel-sel batang membantu kita melihat aneka bentuk dan gerakan.
Pada retina mata, terdapat tiga kelompok sel kerucut, masing-masing bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berlainan. Kelompok sel pertama, kedua, dan ketiga ini masing-masing peka terhadap cahaya merah, biru, dan hijau. Tingkat rangsangan yang berbeda terhadap tiga kelompok sel ini menjadikan kita mampu melihat dunia penuh warna dengan jutaan ketajaman yang berbeda.
Dunia berwarna dalam otak gelap
Tahap terakhir pembentukan warna berlangsung dalam otak. Sel-sel syaraf mata membawa pemandangan yang ditangkap mata dalam bentuk sinyal-sinyal syaraf. Sinyal-sinyal ini dibawa menuju otak, dan segala yang kita lihat di dunia luar dirasakan dalam pusat penglihatan di otak. Di sini, kita berhadapan dengan kenyataan yang mengejutkan: otak adalah sekerat daging yang sama sekali gelap karena terbungkus rambut, kulit dan tempurung kepala (tengkorak). Sinyal-sinyal syaraf yang dibangkitkan oleh bayangan yang dibentuk oleh pemandangan benda pada retina diterjemahkan di dalam otak yang sama sekali gelap. Banyangan benda, beserta warna dan segala seluk beluknya, terbentuk sebagai penampakan di pusat penglihatan di otak ini. Bagaimana proses ini dapat terjadi dalam sekerat daging bernama otak ini?
Banyak pertanyaan seputar bagaimana warna dapat kita rasakan masih tak terjawab. Para pakar tentang warna masih tak mampu menjawab pertanyan-pertanyaan seperti bagaimana sinyal-sinyal syaraf diteruskan ke otak melalui syaraf mata, dan pengaruh kejiwaan apa yang ditimbulkannya di dalam otak.
Segala yang kita lihat di dunia luar dirasakan/ditampakkan dalam otak kita. Bunga, burung, langit, gunung, manusia, dan segala yang berwarna di dunia ini ditampakkan di hadapan kita di dalam otak kita. Padahal, otak adalah tempat yang sangat gelap. Siapakah yang menjadikan kita mampu melihat dunia berwarna di dalam otak kita yang gelap ini? Siapa lagi kalau bukan Allah, Pencipta seluruh alam, yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
Nyatanya, kebanyakan proses yang dilakukan otak masih belum dapat dijelaskan. Kalaupun ada, sebagian besar masih berdasarkan teori. Meskipun demikian, otak telah melakukan seluruh perannya dengan sempurna sejak saat manusia ada di dunia ini hingga sekarang. Manusia telah merasakan dunia tiga dimensi, beserta seluruh warna, rancangan, suara, aroma dan rasanya dalam sekerat daging bernama otak yang berbobot mendekati satu kilogram. Semua ini hanya mungkin karena penciptaan sempurna oleh Allah. Dialah Tuhan yang telah menciptakan aneka warna sedemikian indah dan sempurna untuk kenikmatan manusia. KepadaNyalah kita patut bersyukur dan menghamba.
 
Pembentukan warna sayap kupu-kupu sangatlah menarik. Cahaya dipantulkan melalui sisik-sisik pada permukaan sayap kupu-kupu yang kemudian memunculkan warna-warni yang “sebenarnya tidak ada”. Pesona warna ini memiliki keindahan dan keserasian yang luar biasa. Mungkin Anda bertanya-tanya mengapa warna-warni ini dikatakan sebagai sesuatu yang “sebenarnya tidak ada”?
Permukaan sebagian mobil masa kini dilapisi dengan bahan yang mampu mengatur pantulan cahaya, layaknya sisik sayap kupu-kupu. Karenanya, pigmen yang ada takkan memudar dengan berlalunya waktu
Bening tapi berwarna
Kupu-kupu memiliki sepasang sayap berupa lapisan selaput tipis yang ternyata bening tidak berwarna, atau transparan. Selaput bening ini tidak terlihat karena tertutupi oleh sisik-sisik dengan beragam ketebalan. Selain menjadikan sayap kupu-kupu dapat digunakan terbang dengan lebih baik, sisik-sisik ini juga memberi warna sayapnya. Sisik-sisik yang lembut, mudah berhamburan dan mudah jatuh dari tempatnya ketika disentuh ini memiliki ujung runcing-tajam yang menempel pada sayap kupu-kupu. Dengan cara ini, sisik tetap menempel tanpa terlepas.
Masing-masing dari sisik mungil ini, yang tampak seperti sirap yang saling bertumpang tindih pada atap, memunculkan warna melalui pigmen. Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa warna yang berbeda bergantung pada zat-zat kimia yang berbeda pula. Zat pewarna yang dinamakan pteridin, misalnya, memunculkan warna merah muda, putih dan kuning yang seringkali tampak pada kupu-kupu. Melanin, zat pewarna paling sering dijumpai, terdapat pada titik-titik hitam sayap kupu-kupu.
Tatkala diperbesar, sisik-sisik mungil tembus pandang yang terletak pada permukaan sayap kupu-kupu tampak seperti sirap atau genting yang saling bertumpang tindih dan tersusun rapi pada atap rumah (gambar kiri dan tengah). Sisik-sisik ini mampu memantulkan dan membiaskan cahaya yang mengenainya, layaknya permukaan gelembung air sabun. Meski tak ada pigmen pada gelembung air sabun, namun warna-warni elok dapat dihasilkan. Ini dikarenakan sinar matahari yang dipantulkan dari kulit tipis gelembung tersebut mengandung spektrum cahaya berwarna (gambar kanan).
Menariknya, warna-warni sayap kupu-kupu tidaklah sebagaimana yang terlihat. Contohnya, sisik-sisik berwarna hijau ternyata adalah campuran antara sisik-sisik berwarna hitam dan kuning. Penelitian baru-baru ini memperlihatkan bahwa pigmen dibuat pada sisik-sisik tersebut, dan enzim-enzim yang diperlukan untuk pembuatannya terdapat pada selaput bagian atas dari sisik-sisik itu.
Berwarna tanpa pigmen
Zat-zat pewarna bukanlah satu-satunya penyebab warna-warni kupu-kupu yang sangat mudah menguap ini. Susunan dan penataan sisik-sisik pada permukaan sayapnya juga menyebabkan aneka tipuan cahaya, seperti pemantulan, pembiasan, dan akhirnya pembentukan aneka warna dengan keindahan memukau. Kupu-kupu Stilpnotio salicis, misalnya, memiliki sisik-sisik setengah tak-berwarna, yang mengandung gelembung-gelembung. Meski tanpa zat warna (pigmen), cahaya yang mengenai sisik-sisik ini memunculkan penampakan mengkilat bak sutra.
Warna biru cerah pada sayap kupu-kupu jenis tertentu, misalnya, adalah salah satu warna paling mencolok di dunia binatang. Namun tidak ada pigmen biru pada sayap kupu-kupu. Rahasianya terletak pada pemantulan sinar.
Sayap kupu-kupu ini dilapisi sisik-sisik tembus cahaya yang menipu mata yang memandangnya. Ilmuwan mengarahkan sinar laser pada satu sisik kupu-kupu jenis tertentu dengan sayap berwarna biru itu. Hasilnya sungguh mengejutkan. Warna biru muncul bersama pantulan sinar dari sisik-sisik tembus pandang tersebut. Ini sebagaimana yang terjadi pada warna gelembung air sabun. Tak ada pigmen pada gelembung air sabun, namun warna-warni elok muncul saat cahaya mengenainya. Ini dikarenakan sifat sinar matahari yang dipantulkan dari kulit tipis gelembung tersebut. Pancaran sinar dengan beragam panjang gelombang berpadu menjadi satu, sebagiannya menjadi lebih kuat, sedang yang lainnya menghilang, sehingga pemandangan indah cahaya berwarna pun dihasilkan. Setiap lembaran sisik kupu-kupu mengandung lapisan-lapisan selaput menyerupai daun. Selaput ini berfungsi seperti permukaan gelembung air sabun. Sinar menerpa lapisan-lapisan ini dengan cara tertentu. Inilah yang menyebabkan semua warna selain biru terhilangkan.
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih KepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al Hasyr, 59:24)
Pada sejumlah kupu-kupu, susunan dua baris sisik yang saling bertumpang tindih dapat pula memunculkan pantulan aneka warna. Di antaranya pemunculan warna biru pada sayap, dan bukan hitam atau coklat.
Perancang masa kini memanfaatkan ciri istimewa mengejutkan dari kupu-kupu ini. Contohnya, sebagian permukaan mobil kini telah dilapisi dengan bahan yang mengatur pantulan cahaya. Ini berarti bahwa pigmen yang ada padanya takkan memudar dengan berlalunya waktu.
Keragaman cahaya pada kupu-kupu ini menarik perhatian Lembaga Penelitian dan Pengujian Pertahanan Inggris, yang berpikir bahwa struktur kupu-kupu ini mungkin akan membuka era baru dalam penyamaran kendaraan tempur.
Di balik warna kupu-kupu
Ketika meneliti rancangan dan seluk-beluk sayap kupu-kupu, meskipun sebatas warnanya saja, kita dapati banyak ketakjuban. Tak diragukan lagi, keberadaan penampakan elok yang luar biasa tersebut merupakan bukti kekuasaan maha-agung dan kehebatan tak terhingga dari Allah, Pencipta semua ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar