Atmosfer membolehkan masuk secukupnya saja sinar-sinar untuk mencapai bumi, dan memantulkan sinar-sinar berbahaya lainnya ke ruang angkasa. UVA: sinar-sinar berpanjang gelombang pendek UVA (Hampir keseluruhannya menembus atmosfer); UVB: sinar-sinar berpanjang gelombang sedang UVB (Atmosfer menyerap 70% sinar-sinar ini); UVC: sinar-sinar berpanjang gelombang pendek UVC (Atmosfer menghalangi masuknya seluruh sinar ini) |
Pernahkah Anda membayangkan, apa jadinya hidup di dunia
yang gelap dan kabur? Sebuah tempat tanpa warna, semuanya hanya
hitam dan abu-abu. Kehidupan semacam itu tentunya sangat menyiksa
manusia. Namun, dunia ternyata sungguh sangat berwarna. Seluruh
bagian dunia diciptakan dengan selaras dan dihiasi dengan bunga-bunga
indah. Hutan yang hijau, danau biru, pegunungan menjulang dan lautan
tak bertepi. Namun, tahukah Anda, bagaimana warna, salah satu keajaiban
terbesar penciptaan, dapat terbentuk?
Agar warna terbentuk, syarat pertamanya adalah keberadaan
sinar atau cahaya. Tanpa sumber penerangan ini Anda takkan mampu
melihat aneka warna. Sebagai bukti, tanpa sumber penerangan lain,
Anda yang sedang berada di dalam kamar takkan mampu melihat apa
pun tatkala semua lampu listrik di kediaman Anda padam. Di tempat
seperti ini, mampukah Anda melihat warna? Sudah tentu tidak. Yang
Anda rasakan hanyalah hitamnya kegelapan.
Pita teramat tipis
Satu-satunya pancaran sinar yang mencapai bumi datang
dari matahari. Dalam Al Qur’an, Allah mengajak kita memperhatikan
matahari dan sinarnya dalam ayat: Demi matahari dan cahayanya di
pagi hari, (QS. Asy Syams, 91:1). Ini adalah isyarat bahwa ada sesuatu
yang luar biasa dari sinar yang dipancarkan matahari. Ada apa dengan
sinar matahari? Mari kita simak bersama.
Meskipun tampak sebagai lapisan udara yang biasa saja, atmosfer ternyata merupakan penyaring raksasa. Penyaring ini tersusun atas lapisan-lapisan dengan fungsi pentingnya masing-masing. Kerapatan atom-atom atau molekul-molekul yang ada di atmosfer dan di ruang angkasa berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu, ketika memasuki atmosfer, cahaya terbiaskan dan terhamburkan karena menumbuk atom-atom penyusun atmosfer. Akibat tumbukan ini, cahaya mengalami penurunan kekuatan (intensitas) dan ketajamannya. Tapi justru cahaya yang terhamburkan inilah yang memungkinkan mata makhluk hidup mampu mengindra dunia berwarna. Di angkasa luar yang tidak beratmosfer, cahaya memiliki kekuatan yang mampu merusak mata. Selain itu, penghamburan ini mengakibatkan sinar inframerah-tepi tersebar meliputi atmosfer dan menjadikan bumi hangat. |
Ketika mengamati sinar matahari, kita pahami bahwa
sinar ini, sebagaimana segala sesuatu di alam semesta, diciptakan
secara sangat seimbang agar kehidupan manusia dapat berlangsung.
Bintang-bintang dan sumber penerangan lainnya di alam semesta menghasilkan
beragam pancaran atau radiasi sinar yang dapat dikelompokkan berdasarkan
panjang gelombang dan frekuensinya. Cakupan penuh gelombang radiasi
di jagat raya, yang dikenal sebagai spektrum elektromagnetik, meliputi
suatu rentangan dengan gelombang terpanjang 1025 kali lebih besar
daripada gelombang terpendek. Energi elektromagnetik pancaran matahari
kita, terbatasi dalam sepenggal bagian amat tipis dari spektrum
ini. Sebagian besar pancaran sinar matahari, sekitar 70%, mempunyai
panjang gelombang antara 0,3 hingga 1,50 mikrometer (1 mikrometer
= 1/1.000.000 meter).
Untuk memahami betapa besarnya angka kisaran dari spektrum elektromagnetik, Anda harus menderet sebanyak 25 angka nol di belakang angka satu. Angka ini sungguh di luar bayangan manusia, namun sebanyak itulah ragam jenis sinar di alam semesta ini. Di antara begitu banyaknya jenis sinar, hanya ada satu pita teramat tipis berisi panjang gelombang yang memungkinkan manusia dapat hidup dan melihat warna. Dan panjang gelombang sinar yang dipancarkan matahari berada dalam kisaran sempit ini dan bukan kisaran yang lain.
Untuk memahami betapa besarnya angka kisaran dari spektrum elektromagnetik, Anda harus menderet sebanyak 25 angka nol di belakang angka satu. Angka ini sungguh di luar bayangan manusia, namun sebanyak itulah ragam jenis sinar di alam semesta ini. Di antara begitu banyaknya jenis sinar, hanya ada satu pita teramat tipis berisi panjang gelombang yang memungkinkan manusia dapat hidup dan melihat warna. Dan panjang gelombang sinar yang dipancarkan matahari berada dalam kisaran sempit ini dan bukan kisaran yang lain.
Kenyataan ini membuktikan bahwa Allah telah menciptakan
dunia, manusia, warna dan matahari dalam keserasian tertentu. Dalam
ayat Al Qur’an, Allah berfirman: Dia... menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan.
Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhan-mu,... (QS. Faathir,
35: 13)
Sang penyaring raksasa
Sinar-sinar pada daerah tepat di kedua sisi cahaya
tampak, sampai ke bumi sebagai sinar inframerah dan ultraviolet.
Sinar inframerah menghasilkan pancaran yang menjadikan dunia dapat
dihuni makhluk hidup. Di lain pihak, sejumlah sinar ultraviolet
dapat menembus atmosfer dalam jumlah yang tepat untuk menyediakan
energi yang diperlukan makhluk hidup. Sebagian dari pancaran sinar
matahari bersifat membahayakan makhluk hidup. Untuk menangkal bahaya
ini, bumi kita dilingkupi oleh penyaring raksasa. Penyaring ini
adalah atmosfer.
Susunan cahaya sungguh mengejutkan para ilmuwan. Meski banyak sekali sinar-sinar dari ruang angkasa menerpa bumi, sinar dari matahari hanya tersusun atas kisaran yang amat sempit, sebagaimana tampak pada gambar. Dan inilah kisaran yang memang pas diperlukan untuk kehidupan. |
Peran atmosfer tidak dapat diabaikan bagi kelangsungan
makhluk hidup; atmosfer membiarkan sinar inframerah dan sinar tampak
menembusnya, dan mencegah masuknya sinar-sinar mematikan lainnya.
Michael Denton, seorang pakar biologi molekuler, menggambarkan hal
ini sebagai berikut:
Bahkan gas-gas atmosfer sendiri menyerap dengan kuat
radiasi elektromagnetik dari spektrum yang berada tepat di kedua
sisi sinar tampak dan inframerah tepi. Ingat bahwa satu-satunya
daerah dari spektrum yang dibiarkan menembus atmosfer di antara
seluruh rentang radiasi elektromagnetik dari gelombang radio hingga
sinar gama adalah pita yang teramat tipis ini, yang meliputi sinar
tampak dan inframerah. Hampir-hampir tidak ada radiasi sinar gama,
X, ultraviolet, inframerah jauh, dan gelombang mikro yang mencapai
permukaan bumi. (Michael Denton, Nature’s Destiny, The Free
Press, 1998, hal. 55)
Kesimpulan
Demikianlah, diperlukan sinar matahari sebagai prasyarat
pertama agar kita mampu melihat warna. Meskipun demikian, tidak
sembarang dan tidak semua sinar matahari menjadikan kita mampu melihat
warna. Hanya sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu saja
yang mampu menghasilkan warna, dan ini termasuk yang dibiarkan memasuki
bumi oleh penyaring raksasa bumi: atmosfer.
Panjang gelombang sinar-sinar dari angkasa luar dapat terdiri dari beragam jenis, dari gelombang radio, yang berpanjang gelombang terbesar, hingga sinar gama, dengan panjang gelombang teramat kecil. |
Matahari, sinar yang dihasilkannya, dan atmosfer adalah
benda tak hidup yang tidak memiliki akal maupun kecerdasan. Ketiganya
tak memiliki kehendak untuk bermusyawarah dan memutuskan untuk saling
bekerja sama dengan perannya masing-masing dalam rangka menjadikan
dunia agar dihiasi aneka warna. Lalu, siapakah yang menetapkan dan
menciptakan mereka sedemikian rupa agar warna yang indah memukau
di dunia ini terbentuk? Siapa lagi kalau bukan Pencipta ketiganya,
yakni Allah yang Mahakuasa.
Sinar yang dipancarkan matahari mencapai bumi pada kecepatan 300.000
km per detik. Karena kecepatan sinar yang demikian inilah kita senantiasa
dapat menyaksikan dunia yang penuh warna. Lalu, bagaimanakah aneka
pemandangan berwarna yang terpampang di hadapan kita tanpa putus
ini dapat terbentuk?
Sinar-sinar yang berasal dari matahari tersusun atas partikel-partikel yang dinamakan foton, yang bergerak sebagai gelombang. Ketika foton menumbuk elektron-elektron dari atom-atom penyusun benda di bumi, elektron-elektron ini melepaskan sinar-sinar bergelombang panjang tertentu, sesuai dengan warna yang dihasilkannya. Misalnya, ketika sinar mentari menerpa selembar daun, ini berarti foton-foton sinar tersebut menumbuk atom-atom molekul pigmen pada permukaan daun. Tumbukan mengakibatkan elektron-elektron dari atom-atom menjadi aktif, dan atom-atom tersebut pun bereaksi dengan mengeluarkan foton-foton. Jadi, foton-foton ini merupakan cahaya berwarna dari daun yang bergerak menuju ke mata kita. |
Setelah menembus lapisan atmosfer dengan kecepatan luar biasa,
sinar matahari mencapai bumi dan menumbuk benda-benda yang ada.
Ketika menumbuk sebuah benda, sinar berkecepatan tinggi ini mengenai
atom-atom penyusun benda tersebut, dan kemudian memantul berhamburan
dalam bentuk kumpulan sinar dengan sejumlah panjang gelombang berbeda,
sesuai dengan aneka warna yang dihasilkannya. Dengan cara inilah,
majalah yang kini sedang Anda pegang, baris-baris tulisan serta
gambar-gambarnya, pemandangan yang Anda saksikan di luar, pepohonan,
gedung, kendaraan, langit, burung, kucing, singkatnya segala yang
Anda saksikan dengan mata, memantulkan warna (sinar berwarna)-nya
masing-masing.
Bagian benda yang menyebabkan warna-warna (sinar-sinar berwarna)
ini terpantulkan adalah molekul-molekul pigmen dari benda tersebut.
Dengan kata lain, warna yang dipantulkan sebuah benda tergantung
dari jenis molekul pigmen yang ada pada benda tersebut. Setiap molekul
pigmen memiliki struktur atom yang bebeda. Jumlah, jenis dan penyusunan
atom-atom dalam molekul pigmen juga berbeda. Sinar yang menumbuk
pigmen yang beragam ini dipantulkan dalam bentuk aneka warna dengan
ketajaman yang berbeda pula. Sebagai contoh, warna sebuah apel hijau
terkait dengan molekul pigmen yang menyusun apel. Di antara sinar-sinar
yang menumbuk pigmen, hanya sinar hijaulah yang dipantulkan, karena
sinar berwarna lain diserap oleh pigmen ini. Karena cahaya hijau
terpantulkan, maka kita melihat apel berwarna hijau.
Kita dapat mengumpamakan molekul-molekul pigmen sebagai alat penyaring yang menyaring berdasarkan ukuran lubang pori-porinya. Sama halnya, pigmen menyaring panjang gelombang dari sinar-sinar yang mengenainya berdasarkan struktur sinar-sinar tersebut, dengan kata lain berdasarkan warnanya. |
Ada banyak jenis pigmen di alam ini, di antaranya adalah klorofil
(zat hijau daun), melanin, dan karotenoid. Karotenoid adalah zat
pigmen yang dibuat oleh tumbuhan dan memantulkan warna kuning, merah
dan oranye. Binatang dapat memperoleh pigmen-pigmen ini hanya dengan
memakan tumbuhan. Satu contoh saja dari aneka pigmen ini sudah cukup
untuk menunjukkan bahwa molekul pigmen telah dirancang khusus untuk
kehidupan.
Melanin: lebih dari sekedar pewarna
Mata makhluk hidup sangatlah peka terhadap cahaya, dan mudah rusak
karenanya. Tapi kita masih mampu melihat matahari dan sekeliling
kita dengan aman berkat sejumlah perangkat pelindung yang secara
khusus diciptakan oleh Allah. Salah satu perangkat ini adalah sekumpulan
molekul pigmen yang ada di mata.
Sebagaimana diketahui, makhluk memiliki mata dengan warna beragam.
Yang menjadikan mata berwarna adalah, sekali lagi, pigmen. Melanin
adalah salah satu dari zat pigmen ini, yang terdapat pada mata,
dan menjadikannya berwarna. Pigmen serupa juga menjadikan kulit
dan rambut Anda berwarna. Tapi, melanin lebih dari sekedar memunculkan
warna. Para peneliti yakin bahwa melanin, yang ada pada mata, memberikan
perlindungan dari pengaruh sinar matahari yang merusak, sekaligus
meningkatkan ketajaman penglihatan. Selain sebagai pelindung alami
terhadap pancaran sinar atau cahaya yang membahayakan, zat melanin
juga menyerap lebih kuat cahaya berenergi tinggi dari pada cahaya
berenergi rendah. Jadi, melanin menyerap lebih kuat cahaya (warna)
ultraungu (ultraviolet) daripada cahaya (warna) biru, dan menyerap
warna biru lebih kuat daripada warna hijau. Dengan cara ini, melanin
melindungi lensa mata dari cahaya ultraviolet.
Sinar matahari yang mencapai bumi di antaranya mengadung sinar-sinar berwarna. Ini terlihat ketika sinar tersebut terurai setelah melalui prisma. Sinar-sinar inilah yang memberi warna tertentu pada benda ketika sebagiannya diserap dan sebagiannya lagi dipantulkan benda ke mata kita. |
Selain itu, melanin memberi perlindungan yang nyaris sempurna bagi
retina dengan menyaring cahaya warna yang berbeda sesuai tingkat
kemampuan masing-masing warna tersebut dalam merusak jaringan retina.
Hal ini mengurangi bahaya terjadinya “degenerasi makula”
atau kerusakan makula, yakni bagian tengah dari retina. Makula berperan
dalam pemunculan penampakan bagian tengah yang jelas dari pemandangan
yang kita lihat, dan berfungsi pula dalam kemampuan melihat bagian-bagian
terperinci (terkecil) dari benda. Orang yang memiliki lebih banyak
melanin pada mata berkemungkinan lebih kecil mengidap kerusakan
makula daripada yang memiliki lebih sedikit. Peran melanin dalam
melindungi mata sangatlah penting: para ahli mata melaporkan bahwa
keberadaan melanin pada mata mengurangi bahaya kerusakan makula
akibat penuaan.
Sebagaimana telah dipahami, masing-masing peran dan manfaat dari
zat melanin memperlihatkan kita pada perancangan khusus dan istimewa
dari zat ini. Sangat sulit diterima akal untuk berkata bahwa zat
yang sempurna ini muncul menjadi ada karena peristiwa alamiah belaka,
tanpa sengaja diciptakan. Allahlah yang telah menciptakan melanin,
serta jenis pigmen lainnya, bahkan segala sesuatu di alam semesta,
secara khusus untuk manfaat tertentu bagi kepentingan manusia. Mahasuci
Allah Pencipta yang paling agung.
Agar dapat kita saksikan sebagai warna, cahaya yang dipantulkan
benda haruslah mencapai mata. Tapi keberadaan mata saja belumlah
cukup. Setelah mencapai mata, cahaya mesti diubah menjadi sinyal-sinyal
syaraf agar dapat mencapai otak yang bekerja selaras dengan mata.
Sepak terjang sel kerucut
Sel-sel kerucut pada retina mata mengubah informasi tentang warna menjadi sinyal-sinyal syaraf melalui pigmen-pigmen yang dikandungnya. Kemudian, sel-sel syaraf yang terhubungkan ke sel-sel kerucut tersebut meneruskan sinyal-sinyal syaraf ke tempat tertentu di otak yang disebut pusat penglihatan. Di tempat inilah kita dapat merasakan keberadaan dunia beraneka-warna yang kita saksikan sepanjang hidup kita. |
Marilah kita berpikir tentang mata dan otak kita sendiri. Mata
manusia merupakan perangkat penglihatan yang sangat rumit yang terdiri
dari banyak dan beragam bagian serta organ-organ kecil penyusunnya.
Hanya dengan bekerjanya seluruh bagian ini secara bersamaan dan
serasilah kita mampu melihat dan merasakan keberadaan warna. Mata,
beserta jaringan dan bagian-bagian kecil penyusunnya seperti sel-sel
kelenjar air mata, kornea, konjunktiva (selaput lendir yang melumasi
mata), iris dan pupil, lensa, retina, koroid (selaput hitam mata),
otot dan kelopak mata, merupakan seperangkat organ sempurna tanpa
tara. Selain itu, dengan jaringan syaraf sempurna yang membentuk
sambungan ke otak dan ke pusat penglihatan di dalam otak ini, mata
secara keseluruhan memiliki rancang-bangun yang sangat istimewa.
Keberadaan ini semua pastilah bukan melalui peristiwa alamiah belaka,
melainkan penciptaan sengaja.
Setelah uraian singkat tentang mata, marilah kita amati bagaimana
peristiwa melihat terjadi. Cahaya yang datang ke mata pertama-tama
melewati kornea, lalu pupil dan lensa, dan akhirnya mencapai retina.
Pengenalan terhadap warna dimulai dari sel-sel kerucut pada retina.
Terdapat tiga kelompok utama sel kerucut yang bereaksi kuat terhadap
warna-warna cahaya, yaitu sel kerucut biru, hijau dan merah. Sel-sel
kerucut bersifat peka, dan bereaksi terhadap warna merah, biru dan
hijau; dan ketiganya adalah warna utama (warna primer) yang ada
di alam. Rangsangan oleh ketiga warna ini dalam berbagai tingkatannya
terhadap sel-sel kerucut inilah yang memunculkan penampakan jutaan
aneka warna.
Bagian-bagian utama pembentuk lapisan retina mata. |
Sel-sel kerucut pada retina lalu mengubah informasi tentang warna
ini menjadi sinyal-sinyal syaraf melalui pigmen-pigmen yang dikandungnya.
Kemudian, sel-sel syaraf yang terhubungkan ke sel-sel kerucut tersebut
meneruskan sinyal-sinyal syaraf ke tempat tertentu di otak. Di tempat
tertentu seluas beberapa sentimeter persegi inilah kita dapat merasakan
keberadaan dunia beraneka-warna yang kita saksikan sepanjang hidup
kita.
Pada gambar terlihat jalinan antara sel-sel saraf pada retina. Jalinan rumit antara lapisan-lapisan sel yang berbeda membantu sel-sel saraf bergerak bersama dan saling berhubungan. Gambar sebelah kanan adalah sel-sel kerucut yang diperbesar. Sel-sel kerucut membantu kita melihat dunia berwarna, sedangkan sel-sel batang membantu kita melihat aneka bentuk dan gerakan. | |
Pada retina mata, terdapat tiga kelompok sel kerucut, masing-masing bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berlainan. Kelompok sel pertama, kedua, dan ketiga ini masing-masing peka terhadap cahaya merah, biru, dan hijau. Tingkat rangsangan yang berbeda terhadap tiga kelompok sel ini menjadikan kita mampu melihat dunia penuh warna dengan jutaan ketajaman yang berbeda. |
Dunia berwarna dalam otak gelap
Tahap terakhir pembentukan warna berlangsung dalam otak. Sel-sel
syaraf mata membawa pemandangan yang ditangkap mata dalam bentuk
sinyal-sinyal syaraf. Sinyal-sinyal ini dibawa menuju otak, dan
segala yang kita lihat di dunia luar dirasakan dalam pusat penglihatan
di otak. Di sini, kita berhadapan dengan kenyataan yang mengejutkan:
otak adalah sekerat daging yang sama sekali gelap karena terbungkus
rambut, kulit dan tempurung kepala (tengkorak). Sinyal-sinyal syaraf
yang dibangkitkan oleh bayangan yang dibentuk oleh pemandangan benda
pada retina diterjemahkan di dalam otak yang sama sekali gelap.
Banyangan benda, beserta warna dan segala seluk beluknya, terbentuk
sebagai penampakan di pusat penglihatan di otak ini. Bagaimana proses
ini dapat terjadi dalam sekerat daging bernama otak ini?
Banyak pertanyaan seputar bagaimana warna dapat kita rasakan masih
tak terjawab. Para pakar tentang warna masih tak mampu menjawab
pertanyan-pertanyaan seperti bagaimana sinyal-sinyal syaraf diteruskan
ke otak melalui syaraf mata, dan pengaruh kejiwaan apa yang ditimbulkannya
di dalam otak.
Segala yang kita lihat di dunia luar dirasakan/ditampakkan dalam otak kita. Bunga, burung, langit, gunung, manusia, dan segala yang berwarna di dunia ini ditampakkan di hadapan kita di dalam otak kita. Padahal, otak adalah tempat yang sangat gelap. Siapakah yang menjadikan kita mampu melihat dunia berwarna di dalam otak kita yang gelap ini? Siapa lagi kalau bukan Allah, Pencipta seluruh alam, yang Mahakuasa atas segala sesuatu. |
Nyatanya, kebanyakan proses yang dilakukan otak masih belum dapat
dijelaskan. Kalaupun ada, sebagian besar masih berdasarkan teori.
Meskipun demikian, otak telah melakukan seluruh perannya dengan
sempurna sejak saat manusia ada di dunia ini hingga sekarang. Manusia
telah merasakan dunia tiga dimensi, beserta seluruh warna, rancangan,
suara, aroma dan rasanya dalam sekerat daging bernama otak yang
berbobot mendekati satu kilogram. Semua ini hanya mungkin karena
penciptaan sempurna oleh Allah. Dialah Tuhan yang telah menciptakan
aneka warna sedemikian indah dan sempurna untuk kenikmatan manusia.
KepadaNyalah kita patut bersyukur dan menghamba.
Pembentukan warna sayap kupu-kupu sangatlah menarik. Cahaya dipantulkan
melalui sisik-sisik pada permukaan sayap kupu-kupu yang kemudian
memunculkan warna-warni yang “sebenarnya tidak ada”.
Pesona warna ini memiliki keindahan dan keserasian yang luar biasa.
Mungkin Anda bertanya-tanya mengapa warna-warni ini dikatakan sebagai
sesuatu yang “sebenarnya tidak ada”?
Permukaan sebagian mobil masa kini dilapisi dengan bahan yang mampu mengatur pantulan cahaya, layaknya sisik sayap kupu-kupu. Karenanya, pigmen yang ada takkan memudar dengan berlalunya waktu |
Bening tapi berwarna
Kupu-kupu memiliki sepasang sayap berupa lapisan selaput tipis
yang ternyata bening tidak berwarna, atau transparan. Selaput bening
ini tidak terlihat karena tertutupi oleh sisik-sisik dengan beragam
ketebalan. Selain menjadikan sayap kupu-kupu dapat digunakan terbang
dengan lebih baik, sisik-sisik ini juga memberi warna sayapnya.
Sisik-sisik yang lembut, mudah berhamburan dan mudah jatuh dari
tempatnya ketika disentuh ini memiliki ujung runcing-tajam yang
menempel pada sayap kupu-kupu. Dengan cara ini, sisik tetap menempel
tanpa terlepas.
Masing-masing dari sisik mungil ini, yang tampak seperti sirap
yang saling bertumpang tindih pada atap, memunculkan warna melalui
pigmen. Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa warna yang berbeda
bergantung pada zat-zat kimia yang berbeda pula. Zat pewarna yang
dinamakan pteridin, misalnya, memunculkan warna merah muda, putih
dan kuning yang seringkali tampak pada kupu-kupu. Melanin, zat pewarna
paling sering dijumpai, terdapat pada titik-titik hitam sayap kupu-kupu.
Tatkala diperbesar, sisik-sisik mungil tembus pandang yang terletak pada permukaan sayap kupu-kupu tampak seperti sirap atau genting yang saling bertumpang tindih dan tersusun rapi pada atap rumah (gambar kiri dan tengah). Sisik-sisik ini mampu memantulkan dan membiaskan cahaya yang mengenainya, layaknya permukaan gelembung air sabun. Meski tak ada pigmen pada gelembung air sabun, namun warna-warni elok dapat dihasilkan. Ini dikarenakan sinar matahari yang dipantulkan dari kulit tipis gelembung tersebut mengandung spektrum cahaya berwarna (gambar kanan). |
Menariknya, warna-warni sayap kupu-kupu tidaklah sebagaimana yang
terlihat. Contohnya, sisik-sisik berwarna hijau ternyata adalah
campuran antara sisik-sisik berwarna hitam dan kuning. Penelitian
baru-baru ini memperlihatkan bahwa pigmen dibuat pada sisik-sisik
tersebut, dan enzim-enzim yang diperlukan untuk pembuatannya terdapat
pada selaput bagian atas dari sisik-sisik itu.
Berwarna tanpa pigmen
Zat-zat pewarna bukanlah satu-satunya penyebab warna-warni kupu-kupu
yang sangat mudah menguap ini. Susunan dan penataan sisik-sisik
pada permukaan sayapnya juga menyebabkan aneka tipuan cahaya, seperti
pemantulan, pembiasan, dan akhirnya pembentukan aneka warna dengan
keindahan memukau. Kupu-kupu Stilpnotio salicis, misalnya, memiliki
sisik-sisik setengah tak-berwarna, yang mengandung gelembung-gelembung.
Meski tanpa zat warna (pigmen), cahaya yang mengenai sisik-sisik
ini memunculkan penampakan mengkilat bak sutra.
Warna biru cerah pada sayap kupu-kupu jenis tertentu, misalnya,
adalah salah satu warna paling mencolok di dunia binatang. Namun
tidak ada pigmen biru pada sayap kupu-kupu. Rahasianya terletak
pada pemantulan sinar.
Sayap kupu-kupu ini dilapisi sisik-sisik tembus cahaya yang menipu
mata yang memandangnya. Ilmuwan mengarahkan sinar laser pada satu
sisik kupu-kupu jenis tertentu dengan sayap berwarna biru itu. Hasilnya
sungguh mengejutkan. Warna biru muncul bersama pantulan sinar dari
sisik-sisik tembus pandang tersebut. Ini sebagaimana yang terjadi
pada warna gelembung air sabun. Tak ada pigmen pada gelembung air
sabun, namun warna-warni elok muncul saat cahaya mengenainya. Ini
dikarenakan sifat sinar matahari yang dipantulkan dari kulit tipis
gelembung tersebut. Pancaran sinar dengan beragam panjang gelombang
berpadu menjadi satu, sebagiannya menjadi lebih kuat, sedang yang
lainnya menghilang, sehingga pemandangan indah cahaya berwarna pun
dihasilkan. Setiap lembaran sisik kupu-kupu mengandung lapisan-lapisan
selaput menyerupai daun. Selaput ini berfungsi seperti permukaan
gelembung air sabun. Sinar menerpa lapisan-lapisan ini dengan cara
tertentu. Inilah yang menyebabkan semua warna selain biru terhilangkan.
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih KepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al Hasyr, 59:24) |
Pada sejumlah kupu-kupu, susunan dua baris sisik yang saling bertumpang
tindih dapat pula memunculkan pantulan aneka warna. Di antaranya
pemunculan warna biru pada sayap, dan bukan hitam atau coklat.
Perancang masa kini memanfaatkan ciri istimewa mengejutkan dari
kupu-kupu ini. Contohnya, sebagian permukaan mobil kini telah dilapisi
dengan bahan yang mengatur pantulan cahaya. Ini berarti bahwa pigmen
yang ada padanya takkan memudar dengan berlalunya waktu.
Keragaman cahaya pada kupu-kupu ini menarik perhatian Lembaga Penelitian
dan Pengujian Pertahanan Inggris, yang berpikir bahwa struktur kupu-kupu
ini mungkin akan membuka era baru dalam penyamaran kendaraan tempur.
Di balik warna kupu-kupu
Ketika meneliti rancangan dan seluk-beluk sayap kupu-kupu, meskipun
sebatas warnanya saja, kita dapati banyak ketakjuban. Tak diragukan
lagi, keberadaan penampakan elok yang luar biasa tersebut merupakan
bukti kekuasaan maha-agung dan kehebatan tak terhingga dari Allah,
Pencipta semua ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar